Rabu, 22 Agustus 2012

Depresi dapat menyebabkan berkurangnya volume otak


Depresi berat atau stres yang kronis dapat menyebabkan berkurangnya volume otak yang dapat menimbulkan gangguan emosional dan kognitif. Namun, bagaimana hal tersebut dapat terjadi baru diketahui melalui penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Yale University. Mereka berhasil menemukan salah satu penyebabnya, yaitu terjadinya perubahan genetis tunggal yang memicu hilangnya koneksi di jaringan otak, baik pada manusia maupun hewan.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine ini menunjukkan bahwa perubahan genetik ini seperti sebuah faktor transkripsi yang menekan ekspresi pada beberapa gen yang diperlukan untuk terjalinnya hubungan antara sel-sel otak. Apabila hubungan ini tertekan atau bahkan terputus, maka dapat menyebabkan hilangnya masa otak, terutama pada lapisan prefrontal (area di dekat pusat motorik).
“Kami ingin menguji gagassan yang menyebutkan bahwa stres dapat menyebabkan hilangnya hubungan antara sel-sel otak,” ujar Ronald Duman, profesor di bidang neurobiolagi dan farmakologi. “Temuan kami menunjukkan bahwa jaringan-jaringan otak secara normal terlibat dalam emosi sehingga dapat terganggu apabila terjadi proses penerjemahan (antara emosi dan jaringan otak),” tambahnya.
Temuan ini diperoleh setelah tim peneliti menganalisis jaringan otak pada pasien yang menderita depresi dan pasien yang tidak menderita depresi. Tujuannya untuk mencari perbedaan pola ketika terjadi aktivasi suatu sel. Ternyata otak pesien yang mengalami depresi menunjukkan tingkat ekspresi yang lebih rendah pada sel-sel yang diperlukan untuk terjalinnya hubungan antara sel otak.
Menurut H.J. Kang, yang memimpin penelitian ini, setidaknya lima bagian dari sel-sel ini dapat diatur oleh faktor transkripsi tunggal yang disebut GATA1. Ketika faktor transkripsi ini diaktivasi pada tikus, maka gejala depresi akan terlihat. Temuan ini menunjukkan bahwa GATA1 memiliki peran tidak hanya pada hubungan antar sel-sel otak tapi juga pada gejala-gejala depresi.
Oleh karenanya Duman yakin bahwa keberadaan GATA1 ini suatu saat dapat digunakan untuk mendeteksi apakah seseorang menderita depresi berat atau stres. Selain itu, temuan ini diharapkan juga mampu mendorong terciptanya terapi antidepresan yang lebih efektif. (ScienceDaily)

http://intisari-online.com/

0 komentar:

Posting Komentar